Kamis, 11 November 2010

Pengirim Surat

      

   Percikan keceriaan semu terlalu dini untuk bocah kecil seperti aku , yang masih kelas tiga sekolah dasar. Waktu bermain yang sempit harus ku tinggalkan untuk membantu orang tua ku bekerja, demi memenuhi kebutuhan hidup. Mungkin.. bocah desa seperti ku memang sudah seharusnya menerima beban. Aku tak mau bersikap egois hanya karna tak bisa bermain dgn teman teman yang kenyataannya berbeda, bapak ku hanya seorang petani yang menggarap sawah orang lain, tapi semakin hari pekerjaan ini terasa menyenangkan.

Kertas Ku

oleh Re Wr pada 21 Oktober 2010 jam 14:23
 
Bie masih duduk di tepi kursi taman itu sendirian, dia sangat suka tempat itu karena suasana yang begitu sepi dan tenang sama seperti karakter pada dirinya,sejak tadi aku memperhatikannya dari kejauhan. Aroma suasana ini selalu memanggil kami untuk datang ke tempat ini. Aku adalah teman di sebelah rumah Bie sekaligus adik kelas nya di sekolah. Aku sendiri tak memiliki banyak teman dekat di sekolah seperti yang Bie miliki, aku rasa hanya Bie yang paling dekat dengan ku dibanding siapa pun. Aku masih saja tersenyum memandanginya hingga siluet awal perkenalan ku dengannya. Bie tetangga baru di sebelah rumah ku sejak empat bulan lalu, dan disatukan di sekolah menengah yang sama. Aku senang tak karuan saat sang tetangga memarkirkan vespa kinclong yang menawan di halaman rumahnya, hati ku berakrobat ria saat tahu ada kendaraan favorit ku ada di samping rumahku. Rasa ini seperti di tembak sejuta cowo dalam satu detik bahkan lebih dari itu.. [lanjut...]